Kamis, 18 Juni 2015

Wisata Tour Bromo


Meletusnya Gunung Bromo buat saya tertarik untuk mencari legenda narasi atau hikayat seputar gunung bromo. Searching dan ajukan pertanyaan sama mbah google dengan kata kunci (keyword) legenda meletusnya bromo…akhirnya ketemu sama artikel itu yang kutip dari inilah. com. Setelah itu perihal mitos gunung bromo…simak artikel itu ya… 

Hikayat Suku Tengger 
Letusan Bromo Cuma Jeritan Seorang Bocah 

Meletusnya Gunung Bromo disangka sebagai momen alam umum. Tetapi dalam hikayat, Bromo meletus karena pesugihan seorang anak. Suku Tengger memegang teguh kepercayaan itu. 



Segerombolan orang memaksa masuk ke tempat kaldera Gunung Bromo. Mereka menghimpit menerobos kedalam. Penjagaan di pintu masuk sebenarnya sudah ketat. Tetapi group orang itu, tidak mau tahu. Maksud mereka ingin mendekat dengan Bromo. 

Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf menyayangkan sikap sebagian orang itu. Tetapi dia juga heran, saat Bromo lagi asyik meletus, beberapa kumpulan orang itu jadi menuju ke kaldera. 

Harusnya, Syaifullah harus membaca sejarah. Segerombolan sebagian orang itu tidaklah kawanan umum. Mereka sebagian orang dari suku Tengger. Mereka inilah yang umum tempati tempat Gunung Bromo. 

Dalam wikipedia, diterangkan suku Tengger itu sekawanan orang yang tinggal menetap di sekitar gunung Bromo. Mereka menempati lokasi-lokasi Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo dan Malang. Mereka dikenal taat dan berdasar agama Hindu. Suku ini tetap masih yakini keturunan selekasnya dari kerajaan Majapahit. 

Disebut suku Tengger, juga tidaklah asal-asalan. Nama Tengger datang dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang diakui sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-“teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-“ger”. Gunung Bromo sendiri disadari mereka sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai gunung Brahma. Lidah Jawa lantas menyampaikan Bromo. 

Raja Anteng dan Jaka Seger sendiri tidaklah hikayat umum. Alkisah. Di saat dulu, ada seorang putri Raja Brawijaya dengan Permaisuri kejaraan Majapahit. Dialah Raja Anteng. 

Anteng tentukan mengungsi ke puncak Brahma, sekarang ini Bromo. Dia tentukan mencari keadaan aman karena Majapahit tengah dilanda huru-hara. Menuju ke puncak Brahma, Anteng pernah bertandang sebentar di Desa Krajan. Di sana dia sekitar satu windu menetap. Selepas itu, perjalanan juga dilanjutkan menuju Pananjakan. Di daerah inilah dia menetap dan mulai bercocok tanam. Anteng bersamaan rombongannya yang sedikit, mulai kehidupan baru. Rara Anteng lantas diangkat anak oleh Resi Dadap, seorang pendeta yang bermukim di Pegunungan Brahma tadi. 

Di sisi lain, seorang laki-laki juga alami hal sama. Dia dari Kerajaan Kediri. Karena keadaan di kerajaannya tak menentu, laki-laki itu tentukan mencari tempat aman juga. Itu Joko Seger. 

Joko ini seorang Jawa dari kasta Brahmana. Grup bangsawan. Joko juga jalan menuju puncak Bromo. Tetapi sebelum sampai di sana, dia mengasingkan diri ke Desa Kedawung. Maksud Joko menuju Bromo tak lain sebenarnya mencari pamannya, yang sudah dulu menetap di puncak Bromo. Tetapi tak jelas, apakah sang paman itu termasuk dalam rombongan Raja Anteng tadi. 

Dus, di Desa Kedawung itu, Joko mendengar ada sebagian orang Majapahit yang menetap di Pananjakan. Joko juga bergegas menuju kesana. Di perjalanan, Joko tersesat. Bak narasi sinetron, dia juga bertemu dengan Raja Anteng. 

Sejak mulai di sinilah narasi drama ini dimulai. Anteng lantas mengajak Joko ke rumahnya. Mereka tinggal serumah. Narasi juga berlanjut. Anteng dituduh bersenggamma dengan Joko. Sebagian pinisepuh Raja Anteng yang menuduh sekian. Alhasil mereka juga diadili. Joko menampik dirinya menggagahi raja Anteng. Tetapi dia lantas melamar gadis itu. Resi Dadap Putih mengesahkan perkawinan mereka. 

Jadilah Raja Anteng dan Joko Seger sebagai pasangan suami-istri. Sejak mulai itu pengikut mereka dikenal dengan makna “Tengger” tadi. 

Sewindu perkawinan mereka jalan, tak kunjung diberi keturunan. Seorang pinisepuh mereferensikan keduanya bertapa dan masing-masing th. bertukar arah. Anteng dan Joko juga ikuti. Mereka 6 th. bertapa. 

Pertapaan mereka kenyataannya tak sia-sia. Sang Hyang Widi Wasa menanggapi semedi mereka. Dari puncak Gunung Bromo, keluarlah semburan cahaya waktu lalu menyusup ke jiwa Raja Anteng dan Joko Seger. Semburan cahaya itu tidak tahu berbentuk lava pijar, tidak paham juga. Yang pasti, bila sekarang ini ada lava pijar masuk ketubuh seseorang, di yakinkan dia bakal hangus terbakar. Namun narasi Anteng dan Joko ini berbeda. Mereka digambarkan sakti mandraguna. 

Sejak mulai cahaya dari Gunung Bromo itu terlihat, mendadak secuil pawisik mengemukakan mereka bakal dikarunia anak. Tetapi ada prasyaratnya, anak terakhir mesti dikorban di kawah Gunung Bromo. 

Pasangan ini dikarunia 25 anak sesuai sama sama keinginan mereka, karena tempat Tengger penduduknya sangat sedikit. Anak terakhir bernama R Kusuma. 

Bertahun-tahun lantas Gunung Bromo mengeluarkan semburan api sebagai tanda janji harus ditepati. Anteng dan Joko itu tak ikhlas mengorbankan anak bungsu mereka buat jadi pesugihan. 

R Kusuma lantas disembunyikan di sekitar Desa Ngadas. Namun semburan api itu sampai juga di Ngadas. Kusuma lantas pergi ke kawah Gunung Bromo. Dari kawah terdengar suara Kusuma supaya saudara-saudaranya hidup rukun. Ia ikhlas berkorban sebagai wakil saudara-saudaranya dan beberapa orang setempat. Ia berpesan, masing-masing tanggal 14 Kesada, minta upeti hasil bumi. Tetapi narasi lain perlihatkan saudara-saudara Kusuma jadi penjaga sebagian tempat lain. Sekarang ini warga Tengger selalu lakukan upacara itu. Mereka menyebutnya dengan nama Kesada. Pada upacara Kesada, dukun selalu meriwayatkan narasi Joko Seger – Rara Anteng. 

Upacara ini bertempat di satu pura yang ada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga awal hari masing-masing bln. purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bln. kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa. 

Sekarang ini, Bromo kembali meletus. Hanya sebagian orang Tengger yg tidak takut dengan semburan dari gunung itu. Karena mereka yakini, Kusumah sudah ada di dalamnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar