Selasa, 28 April 2015

Wisata Dieng Plateau


Dataran Tinggi Dieng yaitu dataran tinggi yang tertinggi ke-2 didunia setelah Tibet/Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa. Dieng ada pada posisi geografis 7’ 12’ Lintang Selatan dan 109 ‘ 54’ Bujur Timur, ada pada ketinggian 6. 802 kaki atau 2. 093 m dpl. Lewat cara administratif, Dieng mencakup Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Hingga th. 1990-an tempat ini tidak terjangkau listrik dan yaitu salah satu tempat paling terpencil di Jawa Tengah. 



Letaknya yang juga ada di samping barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng yakni tempat vulkanik aktif dan dapat dijelaskan yaitu gunung api raksasa. Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata yakni sekitar 2. 000m di atas permukaan laut. 

Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin, seputar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C saat malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C saat pagi hari dan menyebabkan embun beku yang oleh orang-orang setempat disebut bun upas (“embun toksin”) karena menyebabkan rusaknya pada tanaman pertanian. 

Tempat Dataran Tinggi Dieng yaitu satu kompleks gunung berapi dengan kerucut-kerucutnya terdiri dari : Bisma, Seroja, Binem, Pangonan Merdada, Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil Sikuunir dan Prambanan. Lapangan fumarola terdiri atas Kawah Sikidang, kawah Kumbang, kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Senantiasa, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Siglagah dan Kawah Sileri. 

Nama Dieng datang dari gabungan dua kata Bhs Kawi : “di” yang berarti “tempat” atau “gunung” dan “Hyang” yang bermakna (Dewa). Dengan hal itu, Dieng berarti daerah pegunungan tempat sebagian dewa dan dewi bersemayam. Nama Dieng datang dari bhs Sunda karena diperkirakan ketika pra-Medang sekitar th. 600 Masehi, daerah itu ada pada efek politik Kerajaan Galuh. ‘Surga Dieng’ yang ketika kerajaan Chandra Gupta Sidhapala, oleh umat Hindu, diakui sebagai poros dunia. Waktu itu, Sang Hyang Jagadnata memindahkan ‘gunung kosmik’ Meru dari India ke Gunung Dieng. Sebagai ibukota kerajaan, waktu itu, Dieng (surga sebagian hyang) bukan hanya jadi pusat pemerintahan, tetapi juga pusat spiritualitas dan peradaban.  

Dulu diperkirakan ada 200 candi di seputar Dieng. Tetapi karena bencana alam tinggal 8 yang tersisa. Candi-candi ini didirikan oleh Kerajaan Kalingga dari dinasti Sanjaya. Dalam kitab Raja Sanjaya ada disebut-sebut kata ‘Dieng’ yang dijelaskan yaitu tempat paling baik untuk memuja Dewa Siwa. Jadi candi-candi itu di untuk buat memuja Dewa Siwa. Siwa yakni dewa perusak. Dipuja agar ia tidak menyebabkan rusaknya kehidupan manusia. Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu ada tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu tertua di Indonesia. Sebagai bangunan suci itu sampai sekarang ini dapat kita saksikan karena itu ada candi beserta puing-puing bekas Vihara. 

Dataran Tinggi Dieng yaitu satu plateu yang berjalan karena letusan dasyat satu gunung berapi. Dengan hal itu situasi geologisnya samapai sekarang ini tetap masih relative labil bahkan sering berjalan gerakan-geraka tanah. Beberapa bukti memberi hal tsb yakni, peristiwa hilangnya Desa Legetang, terpotongnya jalan pada Banjarnegara Karangkobar dan Sukoharjo Ngadirejo maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun seperti peristiwa Sinila. 

Dataran tinggi Dieng (DTD) yakni dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia yakni kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat beberapa kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan bermacam material vulkanik yang lain. Kondisi ini sangat memiliki resiko untuk orang-orang yang menghuni tempat itu, bisa dibuktikan karena itu ada bencana letusan gas Kawah Sinila 1979. Bukan hanya gas beracun, tetapi bisa dapat juga saja berjalan gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir. 

Kecuali kawah, ada pula danau-danau vulkanik yang di isi air bercampur belerang sampai memiliki warna khas kuning kehijauan. Lewat cara biologi, aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena diketahui di air-air panas di dekat kawah beberapa spesies bakteri termofilik (“suka panas”) yang dapat dipakai untuk buka kehidupan awal di bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar